BERANDA

Rabu, 29 Agustus 2012

MEMPERTEGAS KASIH SAYANG SESAMA UMAT MANUSIA

Khutbah Idhul Fitri 1433 di Lapangan Fakultas Teknik UNY Yogyakarta
Minggu, 19 Agustus 2012

Oleh:
M. Roem Syibly, S.Ag, M.SI


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر أكبر
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Seiring berakhirnya bulan yang mulia, bulan Ramadhan, yang diawali dengan takbir yang berkumandang di seluruh pelosok negeri dan penjuru dunia demi menyambut hari kemenangan, hari dimana semua umat Islam didunia menyerukan untuk mengagungkan-Nya:
الله اكبر، الله اكبر، لا إله إلا الله والله اكبر، الله اكبر و لله الحمد.
Kemenangan yang kita rayakan bukanlah kemenangan dari perang, bukanlah kemenangan dari pertempuran melawan musuh, bukanpula kemenangan terlepas dari cobaan berat, bukan pula kemenangan dari sekedar menahan lapar dan dahaga, tetapi kemenangan yang kita rayakan adalah kemenangan menahan nafsu yang ada pada diri kita sendiri. Setelah sebulan menjalani training terbesar dan serempak didunia ini, yaitu puasa dengan menahan lapar dan dahaga, menjaga penglihatan, pendengaran, hati, dan ucapan, agar bergerak kepada kebaikan, menghidupkan malam, membaca dan belajar al-Qur’an, mendengarkan nasehat-nasehat agama dengan harapan kita akan lahir menjadi manusia yang bertaqwa dengan hati yang suci, dirahmati, diampuni dan dibebaskan dari api neraka.
Hari Raya Idul Fitri adalah momen kembali ke titik nol. Inilah yang dimaksud kembali ke fitrah. Momen untuk mengambil langkah-langkah baru demi keberhasilan kita dimasa mendatang. Seperti bayi yang baru lahir, kita perlu berpikir benar-benar dari nol. Kita susun langkah seolah tidak ada beban dipundak kita. Kini saatnya kita mengambil langkah yang seharusnya kita ambil sejak dulu. Kini kita saatnya melepaskan apa yang seharusnya kita tinggalkan sejak dulu. Semua ini karena kita memang sudah lepas dari masa lalu menuju masa depan yang lebih gemilang. Yang tersisa dari masa lalu hanyalah hikmah yang akan menjadi bekal kita menapaki jalan yang akan kita tempuh berikutnya.
Kejernihan hati yaitu dengan kembali ke fitrah harus ditindaklanjuti dengan saling bermaafkan di antara kita. Sudah menjadi budaya masyarakat muslim Indonesia untuk menebar maaf kepada orang tua, sanak saudara, kerabat, teman-teman, tetangga, atasan, bawahan, tokoh masyarakat, para ustadz dan kiai,  bahkan jalinan silaturahim juga kita sampaikan kepada mereka yang beragama dan berkeyakinan berbeda. Sungguh begitu indah jalinan silaturahmi antara kita bangsa Indonesia, yang menguatkan kesatuan dan persatuan bangsa dan jiwa nasionalis.
Menurut psikolog, Ice Shofiyyatulloh dari Unisba dengan membuka pintu maaf secara iklas akan  sangat menyehatkan, baik secara fisik maupun mental. Rasa marah, benci, dan dendam yang dipertahankan dalam hati akan berpengaruh besar terhadap kesehatan mental, salah satunya stres, juga berimbas pada kesehatan fisik, seperti munculnya penyakit jantung, maag, asma, gangguan kulit (jerawat), liver dan berbagai penyakit lain. Jadi ada korelasi tinggi antara menyimpan emosi negatif dengan munculnya berbagai penyakit fisik.
Cara terbaik untuk keluar dari masalah tersebut adalah dengan memaafkan kesalahan orang lain. Mungkin bagi sebagian orang memaafkan tidak mudah, tapi sebenarnya sangat gampang jika ingin dilakukan. Menulis kata memaafkan saja sudah membawa rasa tenang dan tenteram di hati, apalagi mengucapkan secara verbal dan mengaplikasikannya. Memaafkan itu bukan memaklumi, melupakan, pembenaran, ataupun menenangkan diri. Memaafkan adalah proses untuk kembali pada kondisi nol seperti sebelum terjadi apa-apa. Dia akan kembali merasa tenang, harmoni, tidak terpicu atau terstimulasi lagi oleh masalah yang telah lewat meski ia tidak melupakannya tetapi dirinya tetap tenang.
Di sinilah, mengapa orang-orang yang mudah memaafkan hatinya selalu bahagia. Jika hati bahagia, jiwanya merasa tenang, tenteram dan tidak dihantui rasa marah. Secara otomatis mentalnya akan sehat. Itulah makna besar yang terkandung dalam ritual saling memaafkan.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Hadirin Kaum Muslimin, Muslimat Jama’ah Idil Fitri Rahimakumullah !

Agama mengajarkan kita untuk memaafkan orang lain tanpa syarat, baik pada posisi kita yang benar, apalagi pada posisi kita yang salah, baik pada posisi kita sebagai atasan atau sebagai bawahan, baik pada posisi kita sebagai orang yang lebih tua atau sebagai yang lebih muda, pada posisi kita menjadi orang tua atau menjadi anak, pada posisi kita sebagai orang kaya atau sebaliknya sebagai orang miskin. Janganlah menunggu orang lain untuk memaafkan lebih dahulu karena terhalang oleh posisi-posisi tersebut, justru kita berlomba-lomba untuk meminta maaf lebih dahulu pada posisi dimana dan apapun kita.
Dengan kita memaafkan, Allah telah berjanji menjadikan kita menjadi orang yang beruntung, sebagaimana Firman Allah swt dalam surah Fushshilat: 34-35:
Ÿwur ÈqtGó¡n@ èpoY|¡ptø:$# Ÿwur èpy¥ÍhŠ¡¡9$# 4 ôìsù÷Š$# ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& #sŒÎ*sù Ï%©!$# y7uZ÷t/ ¼çmuZ÷t/ur ×ourºytã ¼çm¯Rr(x. ;Í<ur ÒOŠÏJym ÇÌÍÈ $tBur !$yg9¤)n=ムžwÎ) tûïÏ%©!$# (#rçŽy9|¹ $tBur !$yg8¤)n=ムžwÎ) rèŒ >eáym 5OŠÏàtã ÇÌÎÈ
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah Telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.”
Sebagaimana dalam tulisan Zen Yusuf Al-Choodry, dalam menghadapi kejahatan yang dilakukan seseorang kepada kita, balaslah kejahatannya itu dengan kebaikan. Jika ada orang yang jahat kepadamu dengan perbuatannya, dengan perkataannya, atau dengan sesuatu yang lain, maka balaslah hal itu dengan kebaikan. Jika ia memutus hubungan denganmu, cobalah jalin hubungan baik dengannya. Jika ia menzalimi, maafkanlah ia. Jika berbicara tentang kamu, janganlah engkau hiraukan. Tetapi, maafkanlah ia, dan sambutlah ia dengan perkataan yang baik. Apabila ia menjauhimu dan tidak menghiraukanmu, tetaplah berkata yang lembut dan mengucapkan salam kepadanya. Jika engkau mampu membalas kejahatan dengan kebaikan, niscaya engkau akan mendapatkan faedah yang sangat besar.
Lalu, apakah faedah yang besar itu? Ibnu Katsir mengomentari ayat ini, yaitu apabila engkau berbuat baik kepada orang yang telah berlaku jahat terhadapmu, maka kebaikanmu itu akan membawanya untuk bisa condong kepadamu, menyukaimu, dan bersikap lunak padamu, sehingga dia akan menjadi seperti teman yang setia dan sangat dekat kepadamu, dengan kasih sayang dan kebaikan untukmu.
Ali bin Abi Thalhah mengatakan bahwa berkenaan dengan ayat ini Ibnu Abbas berkata, "Allah memerintahkan kita untuk bersabar ketika marah, lemah lembut menghadapi kebodohan, dan memaafkan perlakuan buruk (kejahatan). Barang siapa mampu mengamalkannya, maka Allah akan menghindarkannya dari godaan setan, dan akan menjadikan musuhnya tunduk padanya seperti teman yang setia padanya."
Ada ayat lain yang senada dengan ayat di atas, diantaranya;
Éè{ uqøÿyèø9$# óßDù&ur Å$óãèø9$$Î/ óÚ̍ôãr&ur Ç`tã šúüÎ=Îg»pgø:$# ÇÊÒÒÈ $¨BÎ)ur š¨Zxîu\tƒ z`ÏB Ç`»sÜø¤±9$# Øø÷tR õÏètGó$$sù «!$$Î/ 4 ¼çm¯RÎ) ììÏJy íOŠÎ=tæ ÇËÉÉÈ
"Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Al-A'raf: 199-200).
Untuk lebih jelasnya, marilah kita lihat contoh dari sebagian salafus saleh dalam mensikapi kejahatan yang dihadapkan pada mereka. Di dalam kitab "Asybaluna Al-Ulama'," disebutkan bahwa budak Abu Dzarr mengetahui bahwa tuannya tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, akan tetapi ia akan membalasnya dengan kebaikan. Setiap ia marah tentang sesuatu, ia pasti akan memaafkan pelakunya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan kecintaannya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, selain merupakan bentuk pengamalan firman Allah, "Sesungguhnya, kebaikan itu menghapuskan kejahatan."
Budak itu ingin Abu Dzarr membebaskannya agar ia menjadi orang yang merdeka. Ia beranjak menuju kambing milik Abu Dzarr, lalu membiarkan kambing itu memakan makanan untuk kuda, hingga makanan itu habis. Tatkala Abu Dzarr datang, ia tidak mendapati makanan untuk kudanya. Ia bertanya kepada budaknya, "Apa yang terjadi?" Budaknya menjawab, "Saya melepaskan kambing ke tempat makanan kuda, hingga ia memakannya sampai habis." Abu Dzarr bertanya lagi, "Mengapa engkau lakukan itu?" Budaknya menjawab, "Saya ingin membuat engkau marah." Lalu, sesudah memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap apa yang ada di dalam hatinya, Abu Dzarr berkata, "Aku akan kumpulkan pahala dengan kemarahanku. Engkau sekarang merdeka karena Allah."
Memang berat, membalas kejahatan dengan kebaikan. Suatu hal yang bertentangan dengan watak dasar manusia. Namun, barang siapa mampu mengamalkannya, ia akan mendapat keberuntungan yang besar. Dan, tidak mampu menerima dan mengamalkan hal itu kecuali orang-orang yang sabar. Ya Allah, karuniakanlah kepada kami kesabaran, dan kuatkanlah pertahanan kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang zalim.

الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Hadirin Kaum Muslimin, Muslimat Jama’ah Idil Fitri Rahimakumullah !

Islam mengajarkan kita untuk memperhatikan orang-orang yang secara ekonomi belum beruntung yaitu dengan kewajiban menunaikan zakat. Zakat ialah hak tertentu yang diwajibkan oleh Allah swt terhadap harta kaum muslimim yang diperuntukkan bagi mereka yang dalam al-Qur’an disebut kalangan fakir miskin dan mustahiq lainnya sebagai tanda syukur atas nikmat Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya, serta untuk membersihkan diri dan hartanya. Zakat merupakan salah satu ciri dari sistem ekonomi Islam, karena zakat merupakan salah satu implementasi azas keadilan untuk mencapai keadilan sosial ekonomi.
Dalam al-Qur’an terdapat 27 ayat yang menyejajarkan kewajiban sholat dengan zakat.  Terdapat berbagai ayat yang memuji orang-orang yang sungguh-sungguh menunaikannya, dan sebaliknya memberikan ancaman bagi orang yang sengaja meninggalkannya. Karena itu khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq RA bertekad memerangi orang-orang yang memisahkan antara sholat dan zakat, mereka sholat tetapi tidak mengeluarkan zakat. Ketegasan sikap ini menunjukkan bahwa perbuatan meninggalkan zakat adalah suatu kedurhakaan dan jika hal ini dibiarkan  maka akan memunculkan berbagai problem sosial ekonomi dan kemudharatan dalam kehidupan masyarakat.
Kewajiban zakat juga sebagai wujud harmonisasi sosial antara sikaya dan simiskin, jalinan silaturahmi dan kasihsayang antara keduanya dijembatani dengan zakat dan shodaqoh. Sikaya sangat memerlukan simiskin agar hartanya tetap bersih dan penuh berkah dengan membagi haknya orang miskin, dan simiskin juga memerlukan harta sikaya untuk memenuhi kekurangan ekonominya.
Akan tetapi sangat disayangkan, walapun kesadaran zakat umat Islam Indonesia cukup baik, realita dilingkungan kita justru sebaliknya, betul sikaya mengeluarkan sebagian hartanya, tetapi menempatkan sipenerima seakan peminta-minta yang meminta belas kasihan, mereka diminta mengantri berjam-jam dipanas terik matahari, sebagian terinjak-injak, sebagian pinsan, dan ada juga yang meninggalkan dunia. Dimana letak harmonisasinya? Dimana letak kasih sayangnya? Sikaya semakin congkak nan sombong, sementara simiskin semakin menderita. Rasa simpati dan empati yang sudah dilatih selama bulan Ramadhan telah gagal total.
Bukankah seharusnya untuk menjalin kasih sayang antara sikaya dan simiskin sebagai uangkapan rasa syukur kepada Allah adalah dengan jalan sikaya mendatangi simiskin, sikaya datang bersilaturahmi dan memberikan hak mereka dengan santun dan rasa sayang. Subhanallah, saya yakin jalinan silaturahim yang demikian semakin mengokohkan tali persaudaraan antar umat dan kita semakin percaya diri untuk tampil didepan memimpin umat manusia seluruhnya.

الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Hadirin Kaum Muslimin, Muslimat Jama’ah Idil Fitri Rahimakumullah !

Sebagai penutup dari khutbah ini, saya mengajak kepada para hadirin bahwa lebaran bukan dimaknai dengan pakaian baru, songkok dan sendal baru, TV baru, dan kendaraan baru, tetapi yang paling utama dari lebaran adalah iman dan taqwa yang baru, hati yang bersih dan suci. Mari kita tulis lembaran-lembaran kehidupan kita berikutnya dengan tinta emas, penuh dengan makna dan sarat ibadah, lebih tawadhu, penuh semangat untuk lebih baik dari tahun-tahun yang kita tinggalkan dan lebih kita perkokoh jalinan silaturrahmi antar sesama. Insyaallah bila kita niat dengan sungguh-sungguh Allah akan meridhoi dengan menunjukkan jalan yang lurus yang dirahmati, dan diberkahi.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan, mohon maaf lahir dan batin. Mari kita tutup khutbah ini dengan sama-sama bermunajat kepada Allah semata, bukalah hati, angkatlah tangan, dan tundukkan kepala untuk menghamba kepada sang pendengar do’a, Allahurubbuna.
قال الله تعالى في القرآن الكريم ، أعوذ با الله من الشيطان الرجيم : إن الله وملائكته يصلون على النبي ، يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما . اللهم صل وسلم وبارك على محمد ، وعلى آل محمد ، كما صليت وسلمت وباركت على إبراهيم ، وعلى آل إبراهيم ، في العالمين إنك حميد مزيد .
Ya Allah !
·         Aku mohon ampun kepada-Mu;
·         Dihadapanku ada orang yang didzalimi, Aku tidak menolongnya;
·         Kepadaku ada orang yang berbuat baik, Aku tidak berterima kasih kepadanya;
·         Orang bersalah meminta ma’af kepadaku, Aku tidak mema’afkannya;
·         Orang susah memohon bantuan kepadaku, Aku tidak menghiraukannya;
·         Ada orang yang kusakiti, Aku tidak meminta ma’af;
·         Ada hak orang lain dalam diriku, Aku tidak memenuhinya;
·         Tampak di depanku ‘aib orang muslim, Aku tidak menutupinya;
·         Dihadapkan kepadaku dosa, Aku tidak menghindarinya;
·         Aku sungguh menyesal, biarlah itu menjadi peringatan agar aku tidak berbuat yang sama sesudahnya.

 ربنا اغفر لنا ذنوبنا ولوالدينا وارحمهما كما ربيانا صغارا . ربنا اغفر لنا ذنوبنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ، ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤف رحيم . اللهم ألف بين قلوبنا المؤمنين والمؤمنات ، وثبت أقدامنا على دينك وعلى طاعتك سبحانك إنا كنا من الظالمين . اللهم اجعلنا من الذين يفعلون ما أمرتنا به أن يوصل من الآرحام ، ومن الذين أصلحوا بين إخوتهم المؤمنين . اللهم أصلح لنا ديننا الذي هو عصمة أمرنا ، وأصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا ، وأصلح لنا آخرتنا التي إليها معادنا ، واجعل الحياة زيادة لنا في كل خير ، واجعل الموت راحة لنا من كل شر . ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار، سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين .
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته